Halaman



Mengawali karir di dunia hiburan tanah air sebagai stand-up comedian, tak ada yang menyangka Ernest Prakasa bisa menjadi salah satu sineas Indonesia yang tak hanya bankable tetapi juga bisa menghasilkan karya-karya berkualitas. Mengawali debut penyutradaraannya di Ngenest yang diadaptasi langsung dari seri buku tentang kisah hidupnya sendiri, kemudian Cek Toko Sebelah yang begitu emosional dan relatable dengan kehidupan sehari-hari, tentu antisipasi terhadap film ketiganya, Susah Sinyal, sangat tinggi, terlebih Ernest menjanjikan sesuatu yang berbeda dari film-film dia sebelumnya.



Susah Sinyal berkisah tentang Ellen (Adinia Wirasti), seorang ibu muda yang merangkap peran sebagai kepala keluarga, pencari nafkah dan juga ibu sekaligus di kehidupannya sehari-hari. Namun ambisi besarnya di perusahaan lawfirm baru yang ia dirikan bersama Iwan (Ernest Prakasa) jauh melebihi keinginannya untuk membangun kembali hubungan dengan keluarganya yang berantakan setelah ditinggal sang suami pergi. Alhasil, Kiara (Aurora Ribero) jauh lebih dekat dengan neneknya (Niniek L. Karim).

Suatu hari, sang nenek tiba-tiba meninggal akibat serang jantung, meninggalkan Ellen dan Kiara berdua saja. Kiara hancur berkeping-keping karena sang nenek adalah satu-satunya orang di dunia yang paling mengerti dan mendukung mimpinya sebagai penyanyi. Sedangkan Ellen melihat ini sebagai kesempatan emas untuk me-reboot kembali hubungan mereka dengan pergi berlibur ke Sumba, sesuai dengan permintaan terakhir sang Nenek.

Satu ciri khas film Ernest yang terasa menghilang dari Susah Sinyal adalah sentuhan orisinalitasannya. Dua film Ernest sebelumnya, Ngenest dan Cek Toko Sebelah, mengedepankan unsur rasial sebagai nilai keunikan di dalam jalinan plot-nya, seperti tentang perkawinan antar dua budaya yang berbeda atau tentang bagaimana kehidupan penduduk chinese sebenarnya di Indonesia, yang berhasil membuat dua film tersebut terasa begitu fresh dan stand-out-from-the-crowd meski di sisi lain kita sudah tahu di mana alur ceritanya akan berakhir. Susah Sinyal tak memiliki keunikan itu. Sure, Ernest’s signature racist jokes are still here to stay, but they’re so watered down until they don’t matter anymore. And we’re not talking about our wishes for another racial themed Ernest Prakasa film, but how he loses his signature originality on his third movie. So yes, it’s quite disappointing that Susah Sinyal ends up to be just as cliche and as predictable as any other similarly themed family films you see every year.

Justru di film Susah Sinyal penyutradaraan Ernest Prakasa-lah yang kini lebih menonjol dibanding penulisan naskahnya. Directing-nya terasa semakin matang dengan timing komedi yang lebih baik dan tidak berlebihan seperti dua film terdahulunya meski secara konten masih hit and miss. The cast ensemble are also amazing, as always. Adinia Wirasti, once again, gives her best in a subtle, but powerful performance as a single mother who finds that reconnecting with her family is far harder than building a successful career. Kemudian aktris pendatang baru Aurora Ribero sebagai karakter anak yang terlihat tangguh dan dingin, namun rapuh di dalam. Di departemen peran pendukung, kita punya Asri Wellas yang mencuri perhatian seperti biasa, kemudian Refal hady yang berperan banyak di kisah cinta pertama si Kiara. Cameo-cameo para komika pun tak lagi dipaksakan dan terasa out of place seperti di Cek Toko Sebelah. Mereka kini juga menjadi bagian dari cerita.



VERDICT: Susah Sinyal masih mengusung tema kekeluargaan yang kuat dan gaya bertutur yang menyenangkan khas Ernest Prakasa dengan penyutradaraan serta timing komedi yang semakin matang. Namun sayang, plot besutannya kini cenderung klise dan kurang sentuhan orisinalitas seperti yang sempat dia hadirkan di dua film sebelumnya, Ngenest dan Cek Toko Sebelah. 



Rating: ★★★½  



SUSAH SINYAL (2017) REVIEW



Mengawali karir di dunia hiburan tanah air sebagai stand-up comedian, tak ada yang menyangka Ernest Prakasa bisa menjadi salah satu sineas Indonesia yang tak hanya bankable tetapi juga bisa menghasilkan karya-karya berkualitas. Mengawali debut penyutradaraannya di Ngenest yang diadaptasi langsung dari seri buku tentang kisah hidupnya sendiri, kemudian Cek Toko Sebelah yang begitu emosional dan relatable dengan kehidupan sehari-hari, tentu antisipasi terhadap film ketiganya, Susah Sinyal, sangat tinggi, terlebih Ernest menjanjikan sesuatu yang berbeda dari film-film dia sebelumnya.



Susah Sinyal berkisah tentang Ellen (Adinia Wirasti), seorang ibu muda yang merangkap peran sebagai kepala keluarga, pencari nafkah dan juga ibu sekaligus di kehidupannya sehari-hari. Namun ambisi besarnya di perusahaan lawfirm baru yang ia dirikan bersama Iwan (Ernest Prakasa) jauh melebihi keinginannya untuk membangun kembali hubungan dengan keluarganya yang berantakan setelah ditinggal sang suami pergi. Alhasil, Kiara (Aurora Ribero) jauh lebih dekat dengan neneknya (Niniek L. Karim).

Suatu hari, sang nenek tiba-tiba meninggal akibat serang jantung, meninggalkan Ellen dan Kiara berdua saja. Kiara hancur berkeping-keping karena sang nenek adalah satu-satunya orang di dunia yang paling mengerti dan mendukung mimpinya sebagai penyanyi. Sedangkan Ellen melihat ini sebagai kesempatan emas untuk me-reboot kembali hubungan mereka dengan pergi berlibur ke Sumba, sesuai dengan permintaan terakhir sang Nenek.

Satu ciri khas film Ernest yang terasa menghilang dari Susah Sinyal adalah sentuhan orisinalitasannya. Dua film Ernest sebelumnya, Ngenest dan Cek Toko Sebelah, mengedepankan unsur rasial sebagai nilai keunikan di dalam jalinan plot-nya, seperti tentang perkawinan antar dua budaya yang berbeda atau tentang bagaimana kehidupan penduduk chinese sebenarnya di Indonesia, yang berhasil membuat dua film tersebut terasa begitu fresh dan stand-out-from-the-crowd meski di sisi lain kita sudah tahu di mana alur ceritanya akan berakhir. Susah Sinyal tak memiliki keunikan itu. Sure, Ernest’s signature racist jokes are still here to stay, but they’re so watered down until they don’t matter anymore. And we’re not talking about our wishes for another racial themed Ernest Prakasa film, but how he loses his signature originality on his third movie. So yes, it’s quite disappointing that Susah Sinyal ends up to be just as cliche and as predictable as any other similarly themed family films you see every year.

Justru di film Susah Sinyal penyutradaraan Ernest Prakasa-lah yang kini lebih menonjol dibanding penulisan naskahnya. Directing-nya terasa semakin matang dengan timing komedi yang lebih baik dan tidak berlebihan seperti dua film terdahulunya meski secara konten masih hit and miss. The cast ensemble are also amazing, as always. Adinia Wirasti, once again, gives her best in a subtle, but powerful performance as a single mother who finds that reconnecting with her family is far harder than building a successful career. Kemudian aktris pendatang baru Aurora Ribero sebagai karakter anak yang terlihat tangguh dan dingin, namun rapuh di dalam. Di departemen peran pendukung, kita punya Asri Wellas yang mencuri perhatian seperti biasa, kemudian Refal hady yang berperan banyak di kisah cinta pertama si Kiara. Cameo-cameo para komika pun tak lagi dipaksakan dan terasa out of place seperti di Cek Toko Sebelah. Mereka kini juga menjadi bagian dari cerita.



VERDICT: Susah Sinyal masih mengusung tema kekeluargaan yang kuat dan gaya bertutur yang menyenangkan khas Ernest Prakasa dengan penyutradaraan serta timing komedi yang semakin matang. Namun sayang, plot besutannya kini cenderung klise dan kurang sentuhan orisinalitas seperti yang sempat dia hadirkan di dua film sebelumnya, Ngenest dan Cek Toko Sebelah. 



Rating: ★★★½  



No comments