A GOOD DAY TO DIE HARD
2013 / 97 Minutes / John Moore / US / 1.85:1 Aspect Ratio / R
Franchise Die Hard memang susah mati. Fanbase-nya banyak, nama Bruce Willis sebagai juga masih besar, dan pencapaian franchise ini di tangga Box Office tidak pernah mengecewakan para petinggi Fox. Jadi hanya tinggal menunggu waktu saja sebenarnya untuk dapat menyaksikan kembali petualangan McClane di bioskop.
Installment ke-5 kali ini ditangani oleh John Moore. Pemilihan Fox ini sebenarnya sudah mendatangkan angin yang tidak sedap menilik reputasi John Moore yang kurang baik berkat film terakhirnya, Max Payne, gagal total baik secara kualitas maupun pemasukan box office-nya. Lucunya, Max Payne juga barang milik 20th Century Fox. Pemilihan sutradara yang nyeleneh untuk menangani proyek besar memang sudah bukan hal yang asing lagi bagi Fox. Lihat saja pemilihan Tim Story, sutradara yang belum punya pengalaman apa-apa, untuk menggarap dua film Fantastic Four yang dicerca kritikus.
Tidak hanya komandan belakang layar, Die Hard 5 juga diletakkan di slot bulan Februari, yang mana sangat tidak masuk akal untuk ukuran film blockbuster berbudget besar seperti ini, apalagi installment terbaru dari franchise film ternama seperti Die Hard. Masih belum cukup? Film ini hanya berdurasi 97 menit--terpendek dalam sejarah Die Hard--dan difilmkan dengan aspect ratio 1.85:1--yang mana akan menyajikan gambar lebih sedikit di layar bioskop. Segala keanehan ini pun tersimpul dalam perasaan was-was yang menggoyahkan keoptimisan para fans berat Die Hard, yang paling hardest sekalipun. Dan apakah perasaan pesimis ini akhirnya terwujud?
Dengan berat hati, jawabannya adalah ya.
Membuat film action yang bagus itu susah karena membutuhkan imajinasi serta kecermatan dalam meramu formula yang sedemikian rupa sehingga kesinambungan antara cerita dengan adegan aksi dapat tampil seimbang dan memaksimalkan kadar excitement dalam film tersebut. Bahkan meski sudah menggunakan winning formula sekalipun, hasil akhirnya pun tidak dapat sama persis apabila takaran yang diramu tidak tepat. Dan sebenarnya hal inilah yang terjadi pada Die Hard 5.
Sequel franchise ternama, atau sekedar film action biasa?
Premise Die Hard 5 masih serupa dengan film sebelumnya : singkat dan sederhana, pokoknya asal cukup untuk menjadi alibi atas kemunculan beragam adegan aksi spektakuler. John McClane (Bruce Willis) kali ini bertamasya ke Russia demi menemui putranya, Jack McClane (Jay Courtney), yang kabarnya tengah dipenjara di sana. Seperti biasa, dewi fortuna sangat membenci McClane. Ia tanpa sengaja terlibat dalam perseteruan dengan teroris Russia dan lagi-lagi harus kembali beraksi menghentikan semua orang yang berniat membunuhnya sekaligus menyelamatkan sesuatu yang jauh lebih personal : putranya.
Kesalahan utama yang dilakukan sang sutradara, John Moore dan penulis naskah, Skip Woods, adalah bagaimana mereka terlalu ambisius dalam hal pertunjukkan adegan aksinya. Dan memang untuk ukuran Die Hard, adegan aksi dosis tinggi memang sudah hal yang wajar dan menjadi trademark tersendiri. Tetapi bagaimana kalau semua itu didesal-desalkan di dalam durasi yang begitu singkat, 97 menit?
Yep, Messy.
Film ini menjadi tidak enak untuk diikuti. Plotnya loncat di sana-sini dengan amat terburu-buru agar dapat memberi ruang yang luas untuk penampilan adegan aksinya. Yeah, singkatnya, Die Hard 5 juga mengidap penyakit yang diderita film-film sejenis Transformers, Total Recall remake, Wrath of the Titans, dan lain sebagainya. Terlalu berlebihan di adegan aksi, tetapi tidak diimbangi dengan kekuatan penarasian yang baik.
Narasi yang dibahas di sini bukanlah kualitas cerita. Tetapi bagaimana sang sineas menuturkan cerita yang sederhana ini agar tetap menarik bagi penonton di samping sajian adegan-adegan pemanisnya. Dan hal ini tidak ada di dalam Die Hard 5, yang jelas amat sangat mengecewakan.
Tidak hanya itu, chemistry antar karakter pun tidak terbangun dengan baik akibat sempitnya durasi yang disediakan. Masih ingat dengan duet John McClane dan Matthew Farrell di Die hard 4 sehingga kita peduli dengan hubungan mereka, apa yang mereka lakukan, dan apa saja yang terjadi pada mereka? Bagian ini absen di Die Hard 5.
Karakter antagonis yang garang-garang meyakinkan di mana kekuatan mereka begitu besar hingga membuat McClane kalap? Absen juga.
Atau adegan aksi brutal berdarah-darah dan kata-kata kotor memorable yang dijanjikan rating R-nya kali ini? Ah, absen juga. Die Hard 5 ini justru dapat dikatakan sebagai film R-rated paling soft yang dirilis akhir-akhir ini.
Karakter John McClane sendiri juga terasa berbeda di sini, terasa annoying di beberapa adegan, terutama ketika dia bertemu dengan Jack di paruh awal film. And, speaking of Jack, ntah kenapa, John Moore sepertinya sedikit lebih terfokus pada karakter Jack daripada John sehingga membuat batas antara tokoh utama dengan tokoh utama kedua menjadi blur.
Komposisi yang kurang baik. Bayangkan kalau dibuat dengan aspect ratio 2.39:1, penjahat di sisi kiri dan kanan akan terlihat lebih utuh. Apakah final cut film ini adalah hasil cropping? |
Kemewahan yang tidak terasa mewah.
Untungnya, di luar segala kekurangan di atas, adegan aksi yang telah membakar puluhan juta dolar Amerika berhasil--paling tidak memberi kesenangan tersendiri bagi penonton dengan beragam sajian ledakan dan “perilaku” yang sangat destruktif dari awal film hingga akhir. Tetapi, kalau dibandingkan dengan Die Hard 4 yang dirilis tahun 2007 lalu, adegan aksi film ini termasuk kurang terstruktur rapi, kurang thrilling, dan cenderung menerapkan formula put everything to the screen--explosions, gun shots--and it would be awesome daripada sesuatu yang lebih berbau Die Hard.
Nah sayangnya lagi, aspect ratio 1.85:1 membuat Die Hard 5 experience ini hanya dapat dinikmati secara maksimal di layar IMAX, karena 1.85:1 termasuk terlalu kecil untuk menampilkan sajian adegan aksi spektakuler seperti ini di layar bioskop konvensional. Pilihan yang fatal sebenarnya karena Die Hard 5 menjadi terasa kurang mewah dan kurang wah apabila dibandingkan dengan film-film blockbuster serupa (sama halnya yang terjadi pada The Avengers), apalagi empat installment sebelumnya difilmkan dengan aspect ratio 2.39:1 (wide). Mengapa tidak dibuat open matte saja seperti Avatar dan Skyfall? Saya kurang tahu.
Overall, Die Hard 5 tidak dapat meninggalkan kesan apapun. Film ini keren, ya, sangat keren, menghibur, iya, tetapi tidak ada isinya, begitu forgettable, dan terasa seperti another big budget action movie daripada menu terbaru dalam franchise Die Hard. Jadi, bagi anda yang sudah mencium hal tidak sedap mengenai film ini sebelum perilisannya, selamat. Rasa pesimis anda telah terwujud.
No comments